_Penulis : M. Ridwan, S.Pd.,M.Pd_
(Anggota PDPM Kutai Kartanegara)
Wejangan Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah sangat melekat bagi warga Muhammadiyah. Namun, masih banyak orang yang belum bisa memaknai kalimat Kiyai Dahlan tersebut.
Paradigma diatas jangan salah ditafsirkan dengan kerja ikhlas dan gratissan. Secara logika sederhananya, masa iya para guru dan karyawan yang sudah bekerja keras tidak perlu dibayar karena ikhlas dan jangan cari penghidupan di Muhammadiyah saya kira bukan begitu.
Wejangan diatas menunjukkan bahwa ada sikap tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh kader misalnya, kita mengabdi di Muhammadiyah mendapatkan upah Rp. 5-10 juta itu sebagian rezeki yang didapatkan disisihkan untuk infaq membangun Muhammadiyah, kita dibesarkan oleh Muhammadiyah dan bekerja diluar dari AUM, maka jangan melupakan Muhammadiyah.
Dua poin diatas yang menurut saya menjadi arah pemikiran utama Kiyai Dahlan dalam menanamkan spirit (Motivasi) para kader untuk terus membesarkan nama Muhammadiyah melalui jalan dakwah.
Jika wejangan diatas dilontarkan kepada para guru/karyawan AUM yang sedang mengabdi lalu upah yang diperoleh tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari sangat tidak pantas, kenapa? karena mereka bekerja mencari nafkah bukan berarti melepaskan tanggung jawab.
Sudah tuntutan harus hadir bekerja, panas-panasan, hujan-hujanan, dari senin-sabtu, keluarga ditinggalkan di rumah, belum lagi mengikuti kajian-kajian Muhammadiyah kalau tidak patuhi akan dilaporkan keatasan, masa mereka harus digratiskan itu sangat tidak wajar justru akan menimbulkan kedzoliman lintas kader.
Seharusnya bagi para kader-kader yang selalu mengabdikan diri sepenuhnya untuk Muhammadiyah harus diberikan apresiasi setinggi-tingginya sebagai bentuk pemupukkan semangat kader.
Selanjutnya kata "Ikhlas" bukan berarti tidak diberikan haknya. Ikhlas dalam konteks agama Islam adalah kekuatan terbesar bekerja dan beramal. Pujian dan sanjungan hanya sebagai nyanyian. Bekerja tidak akan mengharap perhatian dari siapapun termasuk atasan. Hanya Allah yang menjadi panutan untuk bisa tunduk pada kebenaran dan jalan yang benar.
Artinya bahwa "ikhlas" itu urusan antara diri manusia dengan Allah bukan bicara soal kerja gratisan. Semua anggota Muhammmadiyah harus memantapkan nawaitu atau niatnya dalam organisasi untuk beramal dengan ikhlas. Jangan sampai beramal di luar bingkai ikhlas dan keridhaan Ilahi.
Dalam persfektif demikian, berbasis pada pesan Kiyai Dahlan yakni dengan ikhlas dan mengharap ridha Allah niscaya amal usaha Muhammadiyah akan lestari kehadirannya, akan maju perkembangnnya. Karena itu mari kita pastikan untuk mengawal keberlansungan gerakan kemajuan Muhammadiyah dimaksud yaitu dengan Ikhlas beramal mencapai masa depan dengan mengharap ridha Allah semata. Insha Allah.
Komentar
Posting Komentar