Antologi : PUISI
MUHAMMAD RIDWAN, S.Pd., M.Pd
Praktisi Pendidikan
(AKU ADALAH KAMU)
Aku bukan seorang puitis yang harus menakar semua rasa.
Aku bukan sejarahwan yang harus mencatat masa lalu mu.
Aku bukan penyair yang harus mengarang tentang mu.
Aku bukan pelukis yang harus menghayati rupa mu.
Aku bukan malaikat yang harus mencatat amalan mu.
Aku bukan dokter yang harus memahami kondisi mu.
Tetapi sejatinya aku adalah kamu yang sesungguhnya. (Karya : Dhae_Al_Arsyil)
(SANG KULANG)
Untuk mu wahai sang Kulang
Sang peramal dari ufuk timur
Sudihlah kiranya engkau menasehati ku
Yang selalu mengeluh atas ketidak adilan negeri ini
Wahai sang Kulang aku titipkan keadilan ini kepada mu
Kelak engkau sampaikan kepada mereka tentang tulisan ini
Betapa banyak orang yang masih berharap pada mimpinya
Ya, mimpi yang bertabur ketidak pastian atas keadilan dunia
Wahai sang Kulang sanggupkah engkau?
Jika iya, teriaklah diatas mimbar kebebasan ini
Do'a ku untuk mu wahai sang Kulang.
(TITIPAN RINDU)
Dikala sunyi mulai menyapa
Rasa seakan tak lagi punya rasa
Mengapa semua orang menganggap ini candaan?
Terpukul hati dan rasaku mendengarnya
Terbelenggu dalam ruang kehampaan
Ku coba menangkis semua itu
Seakan tiada gunanya lagi baginya
Tuhan masih pantaskah aku menerimanya?
Tuhan masih adakah aku untuknya lagi?
Jika tidak, izinkan aku menitip rindu untuknya.
(DO'A KU)
Bismillahirrahmanirrahim ya Allah
Ampunilah aku yang tak mengingat waktu
Ampunilah aku atas kelalaian ku
Ampunilah aku yang tak pernah jujur dengan diriku sendiri
Ampunilah aku yang selalu berbuat salah dan dosa
Ampunilah aku jika pernah menyakiti orang lain
Sesungguhnya engkaulah yang maha pengampun atas dosa umat mu
(SAJAK PENGHARAPAN)
Aku tak mengerti harus menulis bait-bait apa diatas lembaran kertas ini
Apakah menulis bait-bait tentang cinta?
Ataukah menulis bait-bait tentang ilusi ku terhadap mu?
Sudahlah, itu tidak penting bagiku
Karena aku tahu
Jika aku menulis sajak ini tentang dikau
Hahaha percuma, engkau tak ingin itu
Sajak pengharapan menjadi sirnah
Bait-bait nan indah telah menjadi api
Api yang berkobar-kobar diatas penderitaan
Oh Tuhan jika memang karena ia
Maka cabutlah nyawanya dan biarkan ia menghilang untuk slamanya.
(SENANDUNG SUNYI)
Malam perlahan mulai redup
Kiasan indah nan cantik warna-warni bintang
Bertabur dalam keheningan jiwa
Kunang-kunang bertebangan kesana-kemari
Dihiasi cahaya sayapnya yang mengkilau
Membangkitkan semangat jiwa yang lesu
Tiupan angin malam memberikan inspirasi baru untuk jiwa yang hampa
Inilah senandung sunyi yang tak bersua.
(SANG GURU)
Puisi ini aku tuliskan untuk mu wahai sang guru ku
Syair tentang dirimu yang teramat berjasa
Engkau tak pernah mengenal lelah
Engkau tak pernah mengenal letih
Engkau kat pernah mengeluh
Engkau tak pernah memarahi dikala kami bersalah dan
Engkau tak pernah sama sekali memukul kami dikala kami membuat onar
Guru ku
Betapa muliahnya nurani mu
Betapa eloknya sikapmu
Tutur kata mu bagaikan selembut sutra
Guru ku
Ma'afkan sikap kami yang masih kenak-kanakan
Tutur kata kami yang masih berharap didikan dari mu
Sopan-santun yang engkau ajarkan kepada kami tapi tak sedikitpun kami menghiraukan itu semua
Guru ku
Terimakasih atas belaian kasih sayang mu kepada kami
Terimakasih atas kesabaran mu menghadapi sikap kami
Terimakasih kami untuk mu wahai guru ku
Semoga apa yang telah engkau perbuat demi masa depan kami
Kelak Allah akan membalas dengan surganya
Guru ku
Do'a selalu kami panjatkan atas perjuangan mu
Jangan tinggalkan kami wahai guru ku
Jasa mu selalu kami kenang hingga akhir hayat kami.
(KABAR SANG MANTAN)
Untuk mu mantan kekasih hati ku
Lima tahun lamanya aku mengenal mu
Curahan isi hati menjadi semangat dikala rindu
Kisah-kasih menjadi cuitan impian
Naluri hati bertabur emosi
Tidak sedikitpun membuat ku kecewa
Prasangka baik selalu ada dikala engkau bahagia
Tidak ada rasa curiga diatas kebahagiaan mu
Waktupun berlalu dikala bayangan mu hadir dalam tidur ku
Akupun tidak paham mengapa bayangan itu tiba-tiba hadir dan
Sekejap menghilang, seakan ada hal penting yang akan tersampaikan untuk ku
Ya Tuhan mengapa rasa ini bagai debu tertiup angin?
Firasat ku tak kunjung usai
Aku khawatir dengannya Tuhan
Tuhan, dekatkan dia dengan ku jika baik
Jauhilah dia jika kehadirannya membuat ku tersakiti
Hhhhmmmm sudahlah ini hanya mimpi bukan nyata.
(TAK SADAR)
Qoidah duniawi hanyalah bayang-bayang
Sejatinya akhiratlah yang nyata
Ku ukirkan sajak ini untuk mu yang dilanda kemunafikan
Tak sadarkah dikau dalam kebimbangan
Tak sadarkah dikau dalam kelalaian dan
Tak sadarkah dikau sedang berlayar
Bagai perahu nelayan terombang-ambing gelombang lautan
Kepada siapa engkau kembali selain kepadanya
Kepada siapa engkau berharap selain kepadanya pula
Sadarlah kelak engkau akan menyesalinya
Cerita mu akan ku ukir dalam sajak ku
Agar kelak dikala aku sudah tiada lagi sajak inilah yang akan selalu engkau kenang dalam hidupmu mu.
Canda mu
Tawa mu
Kesedihan mu dan
Bahkan kebahagiaan mu
Terukir dalam bingkai kenangan ini. Biarkan naluri q yang bersemayam dalam naluri mu selamanya.
(MATAHARI HATI)
Sesak menjejak setumpuk sajak
Hancur berkepingdi hamparan berserak
matahari yang sangsi membakar semak
Bunga layu dihempas seteru saat beranjak semerbak diterbangkan angin kemarau baru saja sebabak.
Akan lama tak seperti lalu
Sesuatu yang baru
Jika matahari tak seterik ini
Aku tunggu saat awan putih menari
Itulah hatiku yang merindu menunggu dibalik pintu dan sejumput senyuman dan bujuk rayu.
Harapan rerintik datang
menghapus derita daun jendela
dan embun di dedaunan dihempaskannya
Meski masih pagi kala ufuk pun masih juga jingga
Kau tahu tetesan embun itu adalah air mata
Kutumpahkan di bumi pertiwi, tumpah darah kita.
Pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau tak akan kurelakan sendiri
Pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati
Pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau tak akan letih-letihnya kucari
Tuhan Sudihlah kiranya engkau mengizinkan q untuk menuliskan do'a terbaikq untuknya. Aku tahu Tuhan dia sedang tidak baik-baik saja, aku tahu Tuhan engkau sedang menguji, dan aku tahu itu Tuhan. Rasa yang aku rasakan itulah dia dan rasa yang dia rasakan itulah aku. Dia yang engkau ciptakan dari aku, maka jangan biarkan dia terpupus aku tak sanggup mendengarnya Tuhan
Komentar
Posting Komentar