MISTERI "400 ORANG PASUKAN BAYANGAN DALAM TUBUH KEMENDIKBUDRISTEK"
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim beberapa hari lalu menjelaskan soal 'shadow organization' atau tim bayangan yang beranggotakan 400 orang. Tim bayangan itu terlibat dalam mendesain produk kebijakan yang dikeluarkan Kemendikbudristek katanya.
Organisasi itu bekerja sama dengan setiap Dirjen di Kemendikbud Ristek untuk mengimplementasikan kebijakan melalui platform teknologi dengan bangganya Kemendikbudristek kemudian mengklaim tim bentukannya itu mendapatkan apresiasi dari negara lain karena dinilai baik dalam mengatur birokrasi dalam kementerian.
"Kami sekarang memiliki 400 orang product manager, software engineer, dan data scientist yang bekerja sebagai organisasi bayangan yang bekerja sebagai tim yang melekat untuk Kementerian."
Kemunculan tim bayangan ini menjadi tanda tanya besar bagi tenaga pendidik diseluruh pelosok negeri ini, masalahnya kenapa harus dibentuk tim itu diluar dari pada wilayah kerja Kemendikbudristek? untungnya bagi pendidikan apa? lalu kenapa baru sekarang diumbar-umbarkan tentang tim bayangan tersebut sedangkan keberadaannya sudah lama dibentuk!.
Polemik tim bayangan Kemendikbudristek terus mencuat diberbagai media sosial, hal demikian menjadi catatan bahwa pendidikan menjadi tumbal diberbagai saham-saham besar dibawah naungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Penulis patut menduga soal pembiayaan para tim bayangan Kemendikbudristek ini diambil dari anggaran pendidikan yang seharusnya disalurkan untuk kebutuhan sekolah, guru dan lainya. Jumlah anggaran pendidikan kurang lebih 20% dana yang diambil dari APBN sudah tentu Kemendikbudristek untuk membiayai tim bayangannya diambil dari 10% anggaran pendidikan dan 10% nya untuk sekolah dan guru, kenapa hal demikian penulis katakan karena masih banyaknya guru-guru, kepegawaian, anak-anak, dan pembangunan pendidikan bermasalah disebabkan oleh kurangnya anggaran pendidikan.
Tim bayangan yang dibentuk Kemendikbudristek ini melebihi Intelejen Negara, harus dibentuk tim bayangan dan segala macam yang tidak diketahui secara jelas apa tugas, fungsi serta pengaruhnya terhadap peningkatan dunia pendidikan. Hal ini yang membuat penulis berpikir bahwa tim bayangan yang dibentuk oleh Kemendikbudristek hanya akan menghalangi nasib tenaga pendidik dan menghabiskan anggaran serta menimbulkan ketidak percayaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) diwilayah Kemendikbudristek.
SIAPA SEBENARNYA TIM BAYANGAN INI?
Penulis melakukan telaah dan risert dibeberapa media menjelaskan bahwa yang dimaksud tim bayangan ini "Mereka adalah vendor," Vendor ini bernama "GovTech Edu" yang berada di bawah anak perusahaan PT Telkom.
Layanan jasa pengembang perangkat lunak yang berdiri sejak 2020 bekerja sama langsung dengan Kemendikbud-Ristek. Sampai 2022, mereka telah merilis lima produk untuk membantu sistem pendidikan yaitu "Merdeka Mengajar, ARKAS, SIPLah, Kampus Merdeka, Rapor Pendidikan dan Belajar.id".
Mereka yang tergabung dalam "GovTech Edu" merupakan kalangan profesional dengan pelbagai latar belakang seperti pengembang perangkat lunak, analis data, peneliti, psikolog, ilustrator, perancang web dan lain-lain. Kebanyakan berasal dari "start-up teknologi seperti Gojek, Grab, Bukalapak, Traveloka, Zalora, dan OVO".
Kalau kita mengkaji secara teliti ternyata tim bayangan yang dibentuk oleh Kemendikbudristek adalah kumpulan orang-orang pembisnis aplikasi. Tidak heran kenapa dunia pendidikan Indonesia ini mengalami keterhambatan perkembangan mutu oleh karena guru dituntut untuk memahami aplikasi dan ITE sedangkan tidak semua guru dapat menggunakan hal demikian dan metode pengajarannya pun harus menggunakan media elektronik.
Ternyata benar dugaan penulis dengan kemunculan kebijakan pendidikan "Merdeka Belajar Profil Pancasila" ini selain dari memperhambat pertumbuhan pendidikan juga menguras anggaran pendidikan yang lebih banyak untuk hal-hal yang tidak semestinya harus dipaksakan.
Kemendikbudristek beberapa hari lalu memaparkan lebih dari 1,6 juta guru telah menggunakan Platform Merdeka Mengajar. Kemudian, terbentuknya lebih dari 3.500 komunitas belajar para guru, terkumpulnya lebih dari 55.000 konten belajar mandiri.
"Ada lebih dari 92.000 konten pembelajaran telah diunggah oleh guru untuk menginspirasi sejawatnya. Jadi, para guru dibantu untuk bisa saling menginspirasi dan mengapresiasi."
Selain itu, lebih dari 141.000 sekolah telah terbantu dalam mengetahui kondisi literasi, numerasi, karakter siswa, serta kualitas pembelajaran mereka melalui aplikasi Rapor Pendidikan, pengembangan diri 724.000 mahasiswa melalui program Kampus Merdeka, bergabungnya lebih dari 2.700 mitra industri ke dalam Kampus Merdeka, bergabungnya lebih dari 43.000 praktisi ke dalam program Praktisi Mengajar.
Hal tersebut menuai polemik dalam dunia pendidikan Indonesia karena kebijakan terus dibuat-buat sehingga tenaga pendidik merasa bosan dan bingung dengan kondisi yang tidak efektif sesuai lapangan.
Sebagai penutup penulisan ingin memberikan masukan atau usulan kepada Kemendikbudristek soal pendidikan "Jangan dibuat sulit pendidikan ini, pikirkan nasib guru dan sekolah pelosok soal penggunaan sirkus aplikasi yang berbagai macam dan model, jangan hanya melihat sekolah perkotaan sehingga membandingkan dengan pelosok kota. Untuk tim bayangan yang dibentuk Kemendikbudristek "Bubarkan" saja tidak perlu harus ada Intelejen dalam dunia pendidikan".
Komentar
Posting Komentar