WAJAH SURAM AMAL USAHA MUHAMMADIYAH Dalam Perspektif Pendidikan
Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi islam yang terkemuka di Indonesia, Muhammadiyah lahir ditengah umat Islam sedang mengalami kegagalan pemahaman soal keyakinan.
Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H). Semenjak itu kehadiran Muhammadiyah dianggap sebagai salah satu pemahaman yang kontroversial dengan ajaran agama Islam sehingga bermunculan berbagai isu yang tidak sedap untuk didengar dan dibicarakan.
Pada dewasa ini, Muhammadiyah telah banyak memberikan konstribusi besar terhadap kebangkitan nasional baik dibidang Ekonomi, Politik, Pendidikan, Agama, Kesehatan dan Sosial/kemanusiaan.
Dalam kesempatan ini penulis mengkerucutkan pembahasan yang berkaitan erat dengan Bidang Pendidikan.
Kita tahu bahwa bicara soal Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) pada sektor pendidikan, Muhammadiyah telah menorehkan catatan sejarah organisasi Islam yang paling memperhatikan soal pendidikan sehingga tidak heran Muhammadiyah telah menghadirkan lembaga pendidikan pada jenjang TK atau PTQ berjumlah 4.623, SD/MI 2.604, SMP/MTS 1.772, SMA/SMK/MA 1.143, Ponpes 67, dan perguruan tinggi 172.
Dari poin diatas dapat kita tarik benang merahnya bahwa perkembangan dunia pendidikan Muhammadiyah tidak terlepas dari pengontrolan dan kerja kolektif kolegial dari para pemangku kebijakan Muhammadiyah dalam hal ini Pengurus Pusat, Wilayah, Daerah, Cabang dan Ranting yang ada diseluruh Indonesia.
Kita ambil contoh saja soal Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang diadakan setiap satu kali setahun, agenda ini sebagai salah satu langkah strategis AUM dalam merekrut para calon kader muda Muhammadiyah dan semua AUM harus turut serta dalam memprioritaskan diri untuk tampil membersamai.
Sejauh ini saya menyimak masih banyaknya AUM yang sudah maju justru simpatisan terhadap perkembangan dan kemajuan antar AUM yang sedang berproses berkembang tidak diimplementasikan sesuai pengharapan.
Sebut saja seorang kader mempunyai anak justru mereka bangga menyekolahkan anak-anaknya diluar AUM, AUM yang maju hanya berputar pada poros lembaganya sendiri dengan kata lain memotivasi serta memberikan rekomendasi kepada peserta didik yang hendak lulus sekolah untuk melanjutkan proses pendidikan ke AUM dan terakhir kepedulian orang tua (kader) untuk mendoktrin anak-anaknya tetap bersekolah ke AUM minim bahkan tidak ada, justru yang lebih dominan dan semangat menyekolahkan anak-anaknya adalah orang-orang diluar kader Muhammadiyah.
Hal tersebut secara langsung kita telah membesarkan nama lembaga orang lain dan kita bangga anak-anak kita meraih prestasi diluar sekolah Muhammadiyah, kenapa tidak kita pikirkan hal yang sama kepada lembaga pendidikan Muhammadiyah? Bukankah kita diikrar oleh Muhammadiyah untuk selalu mengabdikan diri di Muhammadiyah? Menjadi kader Muhammadiyah dan bangsa hingga akhir hayat?. Ini menjadi PR besar kita bersama agar bisa mengevaluasi kembali diri kita sebagai kader Muhammadiyah bahwa AUM butuh perhatian dan konstribusi nyata.
AUM hanyalah nama yang butuh digerakkan dan dibesarkan namanya oleh kader, AUM butuh tangan-tangan penggerak kearah kejayaan dan AUM butuh sosok yang mampu mengibarkan bendera kearah pencerahan peradaban umat.
Pertanyaannya apakah semua AUM sudah saling mendukung untuk keberlanjutan pendidikan (TK, SD, SMP/MI, SMA/SMK/MA)? dan Hal apa yang harus dilakukan AUM untuk membangun jejaring antar jenjang pendidikan?
Pertanyaan diatas harus dijawab dengan serius oleh pemangku kebijakan dalam hal ini Majelis Dikdasmen yang menaungi lembaga pendidikan formal Muhammadiyah. Majelis Dikdasmen harus berani mengambil tindakan tegas atas persoalan tersebut demi peningkatan pendidikan Muhammadiyah, selain itu tidak kalah penting kebijakan dan putusan tegas para Pimpinan (PWM, PDM dan Aisyiyah) menjadi kunci utama maju mundurnya AUM.
Akhir dari tulisan ini saya berharap kepada para Pimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah untuk memberikan nasehat kepada Majelis Dikdasmen agar bisa mensosialisasikan kepada seluruh karyawan dan pimpinan AUM akan pentingnya menjaga silaturrahim serta saling mendukung kemajuan AUM yang ada.
Penulis
Muhammad Ridwan, S.Pd., M.Pd
Komentar
Posting Komentar